SOLUTIO (LARUTAN)
Pengertian
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut.Misal : terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang saling bercampur.
Karena molekul-molekul dalam larutan terdispersi secara merata, maka penggunaan larutan sebagai bentuk sediaan, umumnya memberikan jaminan keseragaman dosis dan memiliki ketelitian yang baik jika larutan diencerkan atau dicampur.
Bila zat A dilarutkan dalam air atau pelarut lain akan terjadi tipe larutan sebagai berikut:
1. Larutan encer, yaitu larutan yang mengandung sejumlah kecil zat A yang terlarut.2. Larutan pekat, yaitu larutan yang mengandung sejumlah besar zat A yang terlarut.
3. Larutan jenuh, yaitu larutan yang mengandung jumlah maksimum zat A yang dapat larut dalam air pada tekanan dan temperatur tertentu.
4. Larutan lewat jenuh, yaitu larutan yang mengandung jumlah zat A yang terlarut melebihi batas kelarutannya di dalam air pada temperatur tertentu.
Zat pelarut disebut juga solvent, sedangkan zat yang terlarut disebut solute.
Solvent yang biasa dipakai adalah :
1. Air untuk macam-macam garam2. Spiritus , misalnya untuk kamfer, iodium , menthol.
3. Gliserin, misalnya untuk tannin, zat samak, borax, fenol.
4. Eter, misalnya untuk kamfer, fosfor , sublimat.
5. Minyak, misalnya untuk kamfer dan menthol.
6. Parafin Liquidum, untuk cera, cetaceum, minyak-minyak, kamfer, menthol, chlorobutanol.
7. Eter minyak tanah , untuk minyak-minyak lemak.
B. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kelarutan
1. Sifat dari solute atau solvent.Solute yang polar akan larut dalam solvent yang polar pula. Misalnya garam-garam anorganik larut dalam air.
Solute yang nonpolar larut dalam solvent yang nonpolar pula. Misalnya alkaloid basa (umumnya senyawa organik) larut dalam chloroform.
2. Cosolvensi.
Cosolvensi adalah peristiwa kenaikan kelarutan suatu zat karena adanya penambahan pelarut lain atau modifikasi pelarut.
Misalnya Luminal tidak larut dalam air, tetapi larut dalam campuran air – gliserin atau solutio petit
3. Kelarutan.
Zat yang mudah larut memerlukan sedikit pelarut , zat yang sukar larut memerlukan banyak pelarut.
Kelarutan zat anorganik yang digunakan dalam farmasi umumnya adalah:
a. Dapat larut dalam air.
- Semua garam klorida larut , kecuali AgCl, PbCl2, Hg2Cl2.
- Semua garam nitrat larut, kecuali nitrat base, seperti bismuthi subnitras.
- Semua garam sulfat larut, kecuali BaSO4, PbSO4, CaSO4 (sedikit larut)
b. Tidak larut dalam air.
- Semua garam karbonat tidak larut , kecuali K2CO3, Na2CO3, (NH4) 2CO3.
- Semua oksida dan hidroksida tidak larut , kecuali KOH, NaOH, NH4OH, BaO, dan Ba(OH)2.
- Semua garam posphat tidak larut, kecuali K3PO4, Na3PO3, (NH4)3PO4
4. Temperatur.
Zat padat umumnya bertambah larut bila suhunya dinaikkan, zat tersebut dikatakan bersifat endoterm, karena pada proses kelarutannya membutuhkan panas.
Gambar. Zat terlarut + pelarut + panas = Larutan
Beberapa zat yang lain justru kenaikan temperatur menyebabkan tidak larut, zat tersebut dikatakan bersifat eksoterm, karena pada proses kelarutannya menghasilkan panas.
Zat terlarut + pelarut = Larutan + panas
Contoh : K2SO4, KOH, CaHPO4, Calsium gliseropospat, minyak atsiri, gas-gas yang larut.
Berdasarkan pengaruh ini maka beberapa sediaan farmasi tidak boleh dipanaskan, misalnya :
a. Zat-zat yang atsiri, misalnya etanol, minyak atsiri
b. Zat yang terurai, misalnya Natrii bicarbonas
c. Saturatio
d. Senyawa – senyawa calsium, misalnya aqua calcis
5. Salting Out.
Salting out adalah peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan lebih besar di banding zat utama, akan menyebabkan penurunan kelarutan zat utama atau terbentuknya endapan karena ada reaksi kimia.
Contoh :
a. Kelarutan minyak atsiri dalam air akan turun bila kedalam air tersebut ditambahkan larutan NaCl jenuh. Disini kelarutan NaCl dalam air lebih besar dibanding kelarutan minyak atsiri dalam air, maka minyak atsiri akan memisah.
b. Reaksi antara papaverin HCl dengan solutio charcot menghasilkan endapan papaverin base.
6. Salting In.
Salting in adalah adanya zat terlarut tertentu yang menyebabkan kelarutan zat utama dalam solvent menjadi lebih besar.
Contohnya : riboflavin (vitamin B2) tidak larut dalam air, tetapi larut dalam larutan yang mengandung nicotinamidum (terjadi penggaraman riboflavin + basa NH4 ).
7. Pembentukan kompleks
Pembentukan kompleks adalah peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa tak larut dengan zat yang larut dengan membentuk garam kompleks.
Contohnya : Iodium larut dalam larutan KI atau NaI jenuh.
- KI + I2 = KI3
- HgI2 + 2KI = K2HgI4
Kecepatan kelarutan dipengaruhi oleh :
- Ukuran partikel
makin halus solute, makin kecil ukuran partikel ; makin luas permukaan solute yang kontak dengan solvent, solute makin cepat larut.
- Suhu
umumnya kenaikan suhu menambah kelarutan solute.
- Pengadukan.
Cara Mengerjakan Obat Dalam Larutan
Beberapa bahan obat memerlukan cara khusus dalam melarutkannya. diantaranya adalah :1. Natrium bicarbonas: harus dilakukan dengan cara gerus tuang (aanslibben)
2. Natrium bicarbonas + Natrium salicylas: digerus tuang , kemudian ditambah natrium salicylas.
Untuk mencegah terjadinya perubahan warna pada larutan harus ditambahkan Natrium pyrophosphat sebanyak 0,25 % dari berat larutan.
3. Sublimat (HgCl2): untuk obat tetes mata harus dilakukan dengan pemanasan atau dikocok-kocok dalam air panas, kemudian disaring setelah dingin. NaCl dapat meningkatkan kelarutan sublimat, tetapi menurunkan daya baktericidnya. Kadar Sublimat dalam obat mata 1 :4000
4. Kalium permanganat (KMnO4): KMnO4 dilarutkan dengan pemanasan .
Pada proses pemanasan akan terbentuk batu kawi ( MnO2) , oleh sebab itu setelah dingin tanpa
dikocok – kocok dituangkan ke dalam botol atau bisa juga disaring dengan gelas wol .
5. Seng klorida: melarutkan seng klorid harus dengan air sekaligus, kemudian disaring.
Karena jika airnya sedikit demi sedikit maka akan terbentuk seng oksi klorid yang sukar larut dalam air. Bila terdapat asam salisilat larutkan seng klorid dengan sebagian air kemudian tambahkan asam salisilat dan sisa air baru disaring.
6. Kamfer: kelarutan dalam air 1: 650. Dilarutkan dengan spiritus fortior (96 %) 2 X berat kamfer dalam botol kering kocok-kocok kemudian tambahkan air panas sekaligus, kocok lagi.
7. Tanin: tanin mudah larut dalam air dan dalam gliserin.
Tetapi tanin selalu mengandung hasil oksidasi yang larut dalan air, tetapi tidak larut dalam gliserin sehingga larutannya dalam gliserin harus disaring dengan kapas yang dibasahkan. Jika ada air dan gliserin, larutkan tanin dalam air kocok baru tambahkan gliserin.
8. Extract opii dan extract ratanhiae: dilarutkan dengan cara ditaburkan ke dalam air sama banyak, diamkan selama ¼ jam.
9. Perak protein: dilarutkan dalam air suling sama banyak, diamkan selama ¼ jam , di tempat yang gelap.
10. Succus liquiritiae:
- a. dengan gerus tuang (aanslibben), bila jumlahnya kecil.
- b. dengan merebus atau memanaskannya hingga larut.
11. Calcii Lactas dan Calcii Gluconas: kelarutan dalam air 1 : 20
Bila jumlah air cukup, setelah dilarutkan di saring untuk mencegah kristalisasi.
Bila air tidak cukup disuspensikan dengan penambahan PGS dibuat mixtura agitanda.
12. Codein :
- a. direbus dengan air 20 X nya, setelah larut diencerkan sebelum dingin.
- b. dengan alkohol 96 % sampai larut, lalu segera encerkan dengan air.
- c. diganti dengan HCl Codein sebanyak 1,17 X-nya.
13. Bahan-bahan obat yang bekerja keras: harus dilarutkan tersendiri.
14. Bila terdapat bahan obat yang harus diencerkan dengan air: hasil pengenceran yang diambil paling sedikit adalah 2 CC
15. Pepsin: tidak larut dalam air tapi larut dalam HCl encer.
Pembuatan : pepsin disuspensikan dengan air 10 X nya kemudian tambahkan HCl encer.
Larutan pepsin hanya tahan sebentar dan tidak boleh disimpan.
16. Nipagin dan Nipasol: kelarutan 1 : 2000
- Nipagin berfungsi sebagai pengawet untuk larutan air
- Nipasol berfungsi sebagai pengawet untuk larutan minyak
Caranya:
- a. dilarutkan dengan pemanasan sambil digoyang-goyangkan
- b. dilarutkan dulu dengan sedikit etanol baru dimasukkan dalam sediaan yang diawetkan.
17. Fenol: diambil fenol liquefactum yaitu larutan 20 bagian air dalam 100 bagian fenol.
Jumlah yang diambil 1,2 x jumlah yang diminta.
Macam – Macam Sediaan Larutan Obat
Bentuk sediaan larutan berdasarkan cara pemberiannya dibedakan atas :Larutan oral
Yaitu sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral, mengandung satu atau lebih zat dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis atau pewarna yang larut dalam air atau campuran kosolven-air.
1. Potiones (obat minum)
Adalah solutio yang dimaksudkan untuk pemakaian dalam ( per oral ). Selain berbentuk larutan potio dapat juga berbentuk emulsi atau suspensi.
2. Elixir
Adalah sediaan larutan yang mengandung bahan obat dan bahan tambahan (pemanis, pengawet, pewarna, pewangi) sehingga memiliki bau dan rasa yang sedap dan sebagai pelarut digunakan campuran air - etanol.
Disini etanol berfungsi mempertinggi kelarutan obat . Pada elixir dapat pula ditambahkan glycerol, sorbitol atau propilenglikol. Sedangkan untuk pengganti gula bisa digunakan sirup gula.
3. Sirup.
Ada 3 macam sirup yaitu :
- sirup simplex mengandung 65 % gula dalam larutan nipagin 0,25 % b/v
- sirup obat mengandung satu atau lebih jenis obat dengan atau tanpa zat tambahan digunakan untuk pengobatan
- sirup pewangi tidak mengandung obat tetapi mengandung zat pewangi atau penyedap lain.
4. Netralisasi, Saturatio dan Potio Effervescent.
a. Netralisasi adalah obat minum yang dibuat dengan mencampurkan bagian asam dan bagian basa sampai reaksi selesai dan larutan bersifat netral Contoh : Solutio Citratis Magnesici, Amygdalas Ammonicus
Pembuatan : Seluruh bagian asam direaksikan dengan bagian basanya bila perlu reaksi dipercepat dengan pemanasan.
b. Saturatio adalah obat minum yang dibuat dengan mereaksikan asam dengan basa tetapi gas yang terjadi ditahan dalam wadah sehingga larutan jenuh dengan gas.
Pembuatan :
1. Komponen basa dilarutkan dalam 2/3 bagian air yang tersedia. Misalnya NaHCO3 digerus tuang kemudian masuk botol.
2. Komponen asam dilarutkan dalam 1/3 bagian air yang tersedia.
3. 2/3 bagian asam masuk basa, gas dibuang seluruhnya. Sisa asam dituang hati-hati lewat tepi botol, segera tutup dengan sampagne knop sehingga gas yang terjadi tertahan.
c. Potio Effervescent adalah saturatio yang CO2nya lewat jenuh.
Pembuatan :
Langkah 1 dan 2 sama dengan pada saturatio.
Langkah ke 3 Seluruh bagian asam dimasukkan ke dalam basa dengan hati-hati, segera tutup dengan sampagne knop.
Gas CO2 umumnya digunakan untuk pengobatan, menjaga stabilitas obat, dan kadang-kadang
dimaksudkan untuk menyegarkan rasa minuman (corrigensia).
Hal yang harus diperhatikan untuk sediaan saturatio dan potio effervescent adalah :
- diberikan dalam botol yang kuat , berisi kira-kira 9/10 bagian dan tertutup kedap dengan tutup gabus atau karet yang rapat. Kemudian diikat dengan sampagne knop.
- tidak boleh mengandung bahan obat yang tidak larut , karena tidak boleh dikocok.
- pengocokan menyebabkan botol pecah karena botol berisi gas dalam jumlah besar.
Penambahan Bahan –bahan.
Zat – zat yang dilarutkan dalam bagian asam:- Zat netral dalam jumlah kecil. Bila jumlahnya banyak, sebagian dilarutkan dalam asam sebagian dilarutkan dalam basa, berdasarkan perbandingan jumlah airnya.
- Zat-zat mudah menguap.
- Ekstrak dalam jumlah kecil dan alkaloid
- Sirup
Zat- zat yang dilarutkan dalam bagian basa.
- Garam dari asam yang sukar larut . misalnya natrii benzoas, natrii salisilas.
- Bila saturasi mengandung asam tartrat maka garam-garam kalium dan ammonium harus ditambahkan kedalam bagian basanya, bila tidak, akan terbentuk endapan kalium atau ammonium dari asam tartrat.
Untuk melihat berapa bagian asam atau basa yang diperlukan dapat melihat tabel
penjenuhan ( saturasi dan netralisasi ) dalam Farmakope Belanda edisi V berikut ini :
Tabel saturasi dan netralisasi (Farmakope Belanda V)
5. Guttae ( drop)
Guttae atau obat tetes adalah sediaan cair berupa larutan, emulsi atau suspensi, apabila tidak dinyatakan lain dimaksudkan untuk obat dalam.
Digunakan dengan cara meneteskan menggunakan penetes yang menghasilkan tetesan yang setara dengan tetesan yang dihasilkan penetes baku yang disebutkan oleh Farmakope Indonesia.
Biasanya obat diteteskan ke dalam makanan atau minuman atau dapat diteteskan langsung ke dalam mulut.
Dalam perdagangan dikenal pediatric drop yaitu obat tetes yang digunakan untuk anak-anak atau bayi
Obat tetes sebagai obat luar, biasanya disebutkan tujuan pemakaiannya misalnya : eye drop untuk mata, ear drop untuk telinga.
Larutan topikal
Larutan topikal ialah larutan yang biasanya mengandung air tetapi seringkali juga pelarut lain, misalnya etanol untuk penggunaan topikal pada kulit dan untuk penggunaan topikal pada mukosa mulut. Larutan topikal yang berupa suspensi disebut lotioSedian-sedian termasuk larutan topical :
1. Collyrium
Adalah sediaan berupa larutan steril, jernih, bebas zarah asing, isotonus, digunakan untuk membersihkan mata.dapat ditambahkan zat dapar dan zat pengawet.
Kolirium dibuat dengan melarutkan obat dalam air, saring hingga jernih,masukkan ke dalam wadah, tutup dan sterilkan.
Penyimpanan : Dalam wadah kaca atau plastik tertutup kedap.
Catatan :
Pada etiket harus tertera :
- a. Masa penggunaan setelah tutup dibuka.
- b. “ Obat cuci mata”
Kolirium yang tidak mengandung zat pengawet hanya boleh digunakan paling lama 24 jam setelah botol dibuka tutupnya. Kolirium yang mengandung pengawet dapat digunakan paling lama tujuh hari setelah botol dibuka tutupnya.
2. Guttae Ophthalmicae.
Tetes mata adalah larutan steril bebas partikel asing merupakan sediaan yang dibuat dan dikemas sedemikian rupa hingga sesuai digunakan pada mata.
Tetes mata juga tersedia dalam bentuk suspensi, partikel halus dalam bentuk termikronisasi agar tidak
menimbulkan iritasi atau goresan pada kornea.
Hal –hal yang perlu diperhatikan pada pembuatan obat tetes mata :
a. Nilai isotonisitas.
Secara ideal obat tetes mata harus memiliki nilai isotonis sama dengan larutan NaCl 0,9 % b/v. Tetapi mata masih dapat tahan terhadap nilai isotonis rendah yang setara dengan larutan NaCl 0,6 % b/v dan tertinggi yang setara dengan larutan NaCl 2,0 % b/v.
b. Pendaparan
Salah satu maksud pendaparan larutan obat mata adalah untuk mencegah kenaikan pH yang disebabkan oleh pelepasan lambat ion hidroksil oleh wadah kaca. Hal tersebut dapat mengganggu kelarutan dan stabilitas obat. Selain itu penambahan dapar juga dimaksudkan untuk menjaga stabilitas obat tertentu misalnya : garam–garam alkaloid.
Air mata normal memiliki pH 7,4 secara ideal obat tetes mata memiliki pH seperti pada air mata, tetapi karena beberapa bahan obat tidak stabil (tidak larut/ rusak/mengendap) pada pH tersebut maka sebaiknya obat tetes mata di dapar pada pH sedekat mungkin dengan pH air mata supaya tidak terlalu merangsang mata.
Pada larutan yang digunakan pada mata, terlebih pada mata yang luka sterilitas adalah yang paling penting, untuk mencegah terjadinya infeksi lebih lanjut.
c. Pengawet
Wadah larutan obat mata harus tertutup rapat dan disegel untuk menjamin sterilitas pada pemakaian pertama. Larutan harus mengandung zat atau campuran zat yang sesuai untuk mencegah pertumbuhan atau memusnahkan bakteri yang mungkin masuk pada waktu wadah dibuka pada saat digunakan.
Pengawet yang dianjurkan :
- nipagin dan nipasol
- fenil merkuri nitrat, timerosol
- benzalkonium klorid
- klorbutanol, fenil etil alcohol
Untuk penggunaan pada pembedahan, selain steril larutan obat mata tidak boleh mengandung antibakteri karena dapat menimbulkan iritasi pada jaringan mata.
d. Pengental
Ditambahkan untuk meningkatkan kekentalan sehingga obat lebih lama kontak dengan jaringan. Larutan obat mata yang dikentalkan harus bebas dari partikel yang dapat terlihat. Contoh : metil selulosa, hidroksi propil selulosa, polivinil alcohol
Cara pembuatan obat tetes mata
- Obat dilarutkan kedalam sal;ah satu zat pembawa yang mengandung salah satu zat pengawet , dijernihkan dengan cara penyaringan, masukkan kedalam wadah, tutup wadah dan sterilkan menggunakan autoklaf pada suhu 115-116oC selama 30 menit.
- Obat dilarutkan kedalam cairan pembawa berair yang mengandung salah satu zat pengawet dan disterilkan menggunakan bakteri filter masukkan kedalam wadah secara tehnik aseptis dan tutup rapat
- Obat dilarutkan kedalam cairan pembawa berair yang mengandung salah satu zat pengawet, dijernihkan dengan cara penyaringan, masukkan kedalam wadah, tutup rapat dan sterilkan dengan penambahan bakterisid , dipanaskan pada suhu 98- 100oC selama 30 menit.
3. Gargarisma (Gargle)
Gargarisma atau obat kumur mulut adalah sediaan berupa larutan umumnya dalam keadaan pekat yang harus diencerkan dahulu sebelum digunakan. Dimaksudkan untuk digunakan sebagai pencegahan atau pengobatan infeksi tenggorokan.
Penandaan.
1. Petunjuk pengenceran sebelum digunakan
2. “ Hanya untuk kumur, tidak ditelan “
Contoh : Betadin Gargle.
4. Litus Oris.
Oles Bibir adalah cairan agak kental dan pemakaiannya secara disapukan dalam mulut.
Contoh : Larutan 10 % borax dalam gliserin.
5. Guttae Oris
Tetes mulut adalah obat tetes yang digunakan untuk mulut dengan cara mengencerkan lebih dahulu dengan air untuk dikumur-kumurkan, tidak untuk ditelan.
6. Guttae Nasales
Tetes hidung adalah obat yang digunakan untuk hidung dengan cara meneteskan obat ke dalam rongga hidung, dapat mengandung zat pensuspensi, pendapar dan pengawet.
Minyak lemak atau minyak mineral tidak boleh digunakan sebagai cairan pembawa.
7. Inhalationes
Sediaan yang dimaksudkan untuk disedot hidung atau mulut, atau disemprotkan dalam bentuk kabut kedalam saluran pernafasan . Tetesan butiran kabut harus seragam dan sangat halus sehingga dapat mencapai bronkhioli. Inhalasi merupakan larutan dalam air atau gas.
Penandaan : Jika mengandung bahan yang tidak larut pada etiket harus tertera “ Kocok
dahulu”
8. Injectiones / obat suntik.
9. Lavement / Clysma / Enema.
Cairan yang pemakaiannya per rectum/colon yang gunanya untuk membersihkan atau menghasilkan efek terapi setempat atau sistemik Enema yang digunakan untuk membersihkan atau penolong pada sembelit atau pembersih faeces sebelum operasi, tidak boleh mengandung zat lendir. Selain untuk membersihkan enema juga berfungsi sebagai karminativa, emolient, diagnostic, sedative, anthelmintic dan lain-lain.
Dalam hal ini untuk mengurangi kerja obat yang bersifat merangsang terhadap usus, dipakai
basis berlendir misalnya mucilago amyli. Pada pemakaian per rectal berlaku dosis maksimal.
Enema diberikan dalam jumlah variasi tergantung pada umur dan keadaan penderita.
Umumnya 0,5 sampai 1 liter, tetapi ada juga yang diperpekat dan diberikan sebanyak 100 – 200 ml.
10. Douche.
Adalah larutan dalam air yang dimasukkan dengan suatu alat ke dalam vagina, baik untuk pengobatan maupun untuk membersihkan. Karenanya larutan ini mengandung bahan obat atau antiseptik. Untuk memudahkan, kebanyakan douche ini dibuat dalam bentuk kering/padat (serbuk, tablet yang kalau hendak digunakan dilarutkan dalam sejumlah air tertentu, dapat juga diberikan larutan kental yang nantinya diencerkan seperlunya.
Contoh Betadin Vaginal Douche (dikemas beserta aplikatornya)
11. Epithema /Obat kompres
Adalah cairan yang dipakai untuk mendatangkan rasa dingin pada tempat tempat yang sakit dan panas karena radang atau berdasarkan sifat perbedaan tekanan osmose digunakan untuk mengeringkan luka bernanah. Contoh : Liquor Burowi, Solutio Rivanol, campuran Borwater - Rivanol.
#larutan#ilmuresepteori#jilid2#Departemen Kesehatan RI#Badan Pengembangan Dan Pemberdayaan#Sumber Daya Manusia Kesehatan#Pusdiknakes#2004
Tidak ada komentar:
Posting Komentar