Sabtu, 31 Maret 2018

EDISI FARMAKOLOGI - NASIB OBAT DALAM TUBUH

Dalam farmakologi dipelajari tentang perjalanan obat dalam tubuh.
Obat akan melalui 3 fase dalam perjalanannya sampai pada organ sasaran, yaitu:


  1. Fase biofarmasi
  2. Fase farmakokinetika
  3. Fase farmakodinamika
Skema perjalanan obat untuk tiap fase bisa dilihat pada gambar:



Keterangan Skema :

Fasa Biofarmasi atau Farmasetika adalah fase yang meliputi waktu mulai penggunaan obat melalui mulut sampai pelepasan zat aktifnya kedalam cairan tubuh. Fase ini berhubungan dengan ketersediaan farmasi dari zat aktifnya dimana obat siap diabsorbsi.

Fasa Farmakokinetika adalah fase yang meliputi semua proses yang dilakukan tubuh, setelah obat dilepas dari bentuk sediaannya yang terdiri dari absorbsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi.

Fasa Farmakodinamika adalah fase dimana obat telah berinteraksi dengan sisi reseptor dan siap memberikan efek.           

#farmakologi#jilid II#Departemen Kesehatan RI, Badan Pengembangan Dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan, Pusdiknakes, 2004                                                                                                                                                              

Jumat, 30 Maret 2018

EDISI MENGENAL PENYAKIT - CACINGAN

  • APA SIH CACINGAN ITU?

Infeksi oleh cacing merupakan salah satu penyakit yang paling umum tersebar di dunia, di Indonesia termasuk penyakit rakyat yang umum dan sampai saat ini diperkirakan masih cukup banyak anak-anak di Indonesia yang menderita infeksi cacing, sehingga pemerintah perlu mencanangkan pemberantasan cacing secara masal dengan pemberian obat cacing kepada seluruh siswa sekolah dasar pada momen-momen tertentu.

  • BAGAIMANA PENULARAN CACING?

Penularan penyakit cacing umumnya terjadi melalui mulut, meskipun ada juga yang melalui luka dikulit. 
Larva dan telur cacing ada di mana-mana di atas tanah, terutama bila sistem pembuangan kotoran belum memenuhi syarat-syarat hygiene. 

  • APA SAJA GEJALA CACINGAN?

Gejala penyakit cacing sering kali tidak nyata. Umumnya merupakan gangguan lambung usus seperti mulas, kejang-kejang kehilangan nafsu makan, pucat (anaemi) dan lain – lain.

  • BAGAIMANA PENCEGAHANNYA?

Pencegahannya sebenarnya mudah sekali yaitu :
 Menjaga kebersihan baik tubuh maupun makanan. Mengkomsumsi makanan yang telah di masak dengan benar (daging, ikan dll)
 Mencuci tangan sebelum makanan.

  • BAGAIMANA MENGOBATI CACINGAN?
Penggolongan.
Obat cacing digolongkan berdasarkan khasiatnya terhadap jenis cacing yang menginfeksi.

a) Cacing kremi (Oxyuris vermicularis)


Termasuk golongan cacing bulat, masa hidup cacing dewasa tidak lebih dari 6 minggu. 
Cacing betina menempatkan telurnya disekitar anus pada malam hari sehingga menyebabkan rasa gatal. Dengan garukan, telur cacing akan pindah ke tangan dan dapat tertelan kembali .Cara penularan yang demikian disebut reauto infeksi. 

Obat yang sesuai adalah mebendazol (obat pilihan untuk semua pasien di atas 2 tahun) dan piperazin.


b) Cacing gelang (Ascaris lumbricoides)

Termasuk cacing bulat yang dapat mencapai ukuran cukup besar dan cukup berbahaya karena dapat keluar dari usus, menjalar ke organ-organ lain bila tidak diobat dengan tepat. 
Obat pilihan yang paling efectif adalah levamisol.

c) Cacing pita (Taenia saginata/ Taenia solium/ Taenia lata)

Merupakan cacing pipih beruas-ruas, yang penularannya lewat daging yang mengandung telur cacing pita karena kurang lama dimasak. 
Taenia saginata terdapat dalam daging sapi, Taenia solium terdapat dalam daging babi, Taenia lata terdapat dalam daging ikan.
Taenia sulit dibasmi karena kepala cacing yang memiliki semacam alat hisap terhunjam dalam selaput lendir usus sehingga sulit kontak dengan obat dan segmen – segmen (bagian tubuh cacing) yang telah rusak karena obat, dapat dilepaskan dan cacing kemudian membuat segmen-segmen baru. Gejala yang tampak disamping gangguan lambung usus adalah anemia .
Obat yang paling banyak digunakan untuk cacing pita adalah niklosamid dan prazikuantel.

d) Cacing tambang (Ankylostoma duodenale dan Necator Americanus)

Adalah dua macam cacing tambang yang menginfeksi manusia, penularannya melalui Larva yang masuk ke dalam kulit kaki yang terluka cacing tambang hidup pada usus halus bagian atas dan menghisap darah pada tempat dia menempelkan dirinya di mukosa usus. 
Seperti cacing pita, cacing ini menyebabkan anemia karena defisiensi besi. 
Pengobatan: mencakup pembasmian cacing sekaligus pengobatan anemia. 
Mebendazol merupakan pilihan karena memiliki Spectrum luas dan efektif terhadap cacing tambang.


e) Filaria

Ditularkan oleh Larva microfilaria dari cacing Wuchereria bancrofti dan Brugia malay melalui gigitan nyamuk culex.
Microfilaria dari cacing akan membendung getah bening pada kaki dan daerah sekitar kandung kemih sehingga mengakibatkan daerah yang diserang menjadi bengkak dan besar sehingga keadaan ini
disebut elephantiasis.

f) Schistosoma

Adalah sebangsa cacing halus yang ditularkan oleh larva yang disebut myracidium melalui kulit atau siput yang dimakan manusia.
Schistosoma hematobium dewasa hidup dalam vena saluran kemih sedangkan Schistosoma mansonii hidup di vena kolon. 
Schistosoma japonicum tersebar lebih luas dalam saluran cerna dan sistem porta.
Gejala penyakit tergantung pada tempat yang terinfeksi , bisa gatal–gatal, kulit kemerahan, diare berlendir, hematuria dan lain – lain.
Obat pilihan Prazikuantel efektif terhadap semua jenis schistosoma.


g) Cacing benang (Strongiloides stercularis)

Ditularkan melalui kulit oleh larva yang berbentuk benang dan hidup dalam usus. Larva yang dihasilkan dapat menembus dinding usus dan menyusup ke jaringan, menimbulkan siklus auto
infeksi. 
Obat pilihan : Tiabendazol, obat alternatif : albendazol.
Invermectin merupakan obat alternatif yang paling efektif untuk infeksi kronis.


#mengenalpenyakit#penyakit#cacingan#cacing#farmakologi
#Departemen Kesehatan RI, Badan Pengembangan Dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan, Pusdiknakes, 2004

Rabu, 28 Maret 2018

EDISI MENGENAL PENYAKIT - ANEMIA

Anemia (Kurang Darah)


Kurang darah dapat dikenal pasti apabila individu tersebut berasa mengantuk di pagi hari, dan waktu malam hari, tak dapat tidur pula. Apabila kita kekurangan darah, otak mengenal pasti masalah kekurangan darah ini kemudian mengaktifkan Sistem Simpatetik (sistem cemas). Sistem simpatetik ini merupakan signal stress yang mengaktifkan Reticular Formation (Bagian yang menjaga kesediaan diri dan menyebabkan tidak bisa tidur)

Kenapa tanda-tanda ini terlihat pada waktu malam?


Pada waktu malam, tekanan darah dan degupan jantung rendah dan menyebabkan orang yang kekurangan darah tidak dapat menyalurkan darah secukupnya ke organ tubuh. Akibatnya, tubuh akan berasa stress dan signal stress ini mengaktifkan Reticular Formation yang menyebabkan individu tersebut tidak dapat tidur. Sewaktu pagi, tekanan jantung normal akibat pelbagai faktor (rembesan hormon thyroid, dan cortisol yang banyak pada waktu pagi 6 - 8 am, kurang pada waktu tengah malam), menyebabkan Reticular formation kurang diaktifkan, dan ditambah pula dengan malam yang tidak cukup tidur, menyebabkan individu kurang darah akan tidur panjang pada waktu siang.

Pengobatan dengan memberikan Zat Besi. Zat besi sangat penting untuk membina hemoglobin (pengangkut oksigen) dalam sel darah. Sekiranya zat besi kurang dalam darah, sel darah menjadi kecil (mikrositosis). Biasanya isipadu darah normal ialah 90 phentoliter, tetapi penderita anemia ini mempunyai kurang daripada 50 pentoleter darah. Kekurangan darah menyebabkan pengidapnya mendapat bekalan darah yang tidak mencukupi ke seluruh badan termasuk perut, usus dan buah pinggang. Kesan nya ialah badan tidak dapat menyerap makanan dan masalah kekurangan darah berulang menjadi lebih parah dari waktu ke waktu.
#mengenalpenyakit#penyakit#anemia#farmakologi#jenispenyakit

Selasa, 27 Maret 2018

EDISI FARMAKOGNOSI - MENGENAL HERBA

ANDROGRAPHIDIS HERBA


Nama lain                            : Sambiloto
Nama tanaman asal           : Andrographis paniculata (Nees)
Keluarga                               : Acanthaceae
Zat berkhasiat utama / isi : 2 macam zat pahit yaitu suatu hablur kuning (androgon folida yang rasanya sangat pahit) dan kalmegin (zat amorf). Minyak atsiri, alkaloida, asam kersik, damar, garam alkali.
Penggunaan                        : Tonikum, antipiretika, diuretika.
Pemerian                             : Tidak berbau, rasa sangat pahit.
Bagian yang digunakan    : Ranting berdaun.
Keterangan :
- Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.


BELLADONNAE HERBA


Nama lain                            : Herba Beladon
Nama tanaman asal          : Atropa belladonna (L) atau Atropa acuminata (Rolye ex Lindley)
Keluarga                              : Solanaceae
Zat berkhasiat utama /isi : Alkaloida atropina, hiosiamina, apotropina, belladonina,  nortropina, skopolamina (hiosina)
Persyaratan kadar             : Kadar alkaloida jumlah dihitung sebagai hiosiamina idak kurang dari 0,3 %
Penggunaan                        : Sesak nafas, nyeri, nyeri haid, parkinsonisme, parasimpatolitik
Pemerian                             : Bau lemah, rasa agak pahit dan getir
Bagian yang digunakan    : Daun atau campuran daun dan pucuk berbunga
Keterangan :
- Sediaan : 
Belladonnae Pulvis (FI), Belladonnae Tinctura (FI), Belladon Digitalis Valeriana Tinctura, Belladonnae Extractum (FI)
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik


CENTELLAE HERBA


Nama lain                             : Herba pegagan , daun kaki kuda
Nama tanaman asal            : Centella asiatica (L) Ueban
Keluarga                                : Apiaceae
Zat berkhasiat utama / isi : Campuran damar dan minyak atsiri yang disebut velarin,
zat mineral (alkali sulfat) , zat penyamak, glukosida (asiatikosida)
Penggunaan                          : Diuretika, amara, tonikum, astringensia, obat sariawan.
Pemerian                               : Bau lemah , aromatik, mula-mula tidak berasa lama-lama
agak pahit.
Bagian yang digunakan      : Seluruh tanaman.
Keterangan :

- Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.


HIRTAE HERBA


Nama lain                                  : Patikan kebo, gendong anak
Nama tanaman asal                 : Euphorbia hirta (L)
Keluarga                                     : Euphorbiaceae
Zat berkhasiat utama / isi       : Alkaloida dan damar
Penggunaan                               : Obat batuk dan sedativa
Pemerian                                    : Bau lemah, rasa agak pahit
Bagian yang digunakan           : Seluruh tanaman
Keterangan :
- Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik


HYOSCYAMI HERBA



Nama lain                             : Herba hiosiami, Bisson Tobacco
Nama tanaman asal            : Hyoscyamus niger (L)
Keluarga                                : Solanaceae
Zat berkhasiat utama / isi : Alkaloida hiosiamina dan hiosina ( skopolamina)
Persyaratan kadar               : Kadar alkaloida jumlah dihitung sebagai hiosiamina tidak kurang dari 0,05 %
Penggunaan                         : Sesak nafas, nyeri, nyeri haid, parkinsonisme, penenang,
parasimpatolitik, antispasmodik.
Pemerian                              : Bau khas kuat, pada penyimpanan berkurang rasa pahit dan
agak getir.
Bagian yang digunakan    : Daun,campuran daun dan pucuk berbunga
Keterangan :

Sediaan : Hyoscyami Extractum ( FI), Hyoscyami Pulvis (FI)

Jenis - jenis : 
- Hyoscyamus niger warna bunga kekuning2an dengan urat-urat daun berwarna keunguan
- Hyoscyamus alba berbunga putih, tetapi sifat- sifat lain sama dengan Hyoscyamus niger
- Hyoscyamus muticus khusus dipakai untuk isolasi alkaloid

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.


MENTHAE ARVENSITIS HERBA (MMI)


Nama lain                                 : Daun poko
Nama tanaman asal               : Mentha arvensis (L) varietas Javanica
Keluarga                                   : Lamiaceae
Zat berkhasiat utama / isi    : Minyak atsiri yang mengandung mentol, damar, zat penyamak
Penggunaan                            : Karminativa, anti spasmodik, diaforetika
Pemerian                                 : Bau aromatik seperti mentol, rasa pedas dan dingin
Bagian yang digunakan        : Daun dan pucuk berbunga
Keterangan :

Waktu panen : Tanaman mulai berbunga sampai berbunga penuh

Cara panen : Dilakukan dengan memotong batang rata dengan tanah. Panenan dapat dilakukan 3 kali tiap tahun

Jenis - jenis : 
- Menthae arvensis (L) varietas Javanica dapat tumbuh secara alamiah, ditanam di pulau Jawa = daun Poko Jawa
- Menthae arvensis varietas piperacens yang berasal dari Jepang, Brazilia dan Taiwan = daun Poko Jepang
- Menthae arvensis varietas sachalinensis dapat tumbuh secara alamiah di Jepang
- Menthae arvensis varietas glabrata, tumbuh secara alamiah dan ditanam di daratan Cina = daun Poko Cina

Perbedaan : 
- Kadar mentol dari varietas Javanica rendah sekali dan tidak menguntungkan untuk isolasi mentol ( 7,6 - 11,6 ).
- Kadar mentol dari varietas piperacens dapat mencapai 52-70 %.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

MENTHAE PIPERITAE HERBA (MMI)


Nama lain                              : Herba pepermin
Nama tanaman asal             : Mentha piperita (L)
Keluarga                                 : Lamiaceae
Zat berkhasiat utama / isi  : Minyak atsiri yang mngandung mentol, metil asetat dan menton
Penggunaan                          : Karminativa
Pemerian                               : Bau khas aromatis, rasa pedas dan sejuk.
Bagian yang digunakan      : Daun dan pucuk berbunga
Keterangan :
- Sediaan : Oleum Menthae Piperitae (FI)
- Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

PHYLLANTHI HERBA (MMI)


Nama lain                           : Meniran
Nama tanaman asal         : Phyllanthus niruri (L)
Keluarga                             : Euphorbiaceae
Zat berkhasiat utama / isi : Zat pahit filantin, damar, mineral, zat penyamak
Penggunaan                       : Diuretika
Pemerian                            : Bau aromatik , rasa pahit
Bagian yang digunakan   : Semua bagian diatas tanah
Keterangan :
- Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

STRAMONII HERBA (MMI)


Nama lain                              : Herba stramonii
Nama tanaman asal            : Datura stramonium , Datura stramonium varietas tatula
Keluarga                                : Solanaceae
Zat berkhasiat utama / isi : Terutama daturin (hiosiamina), skopolamina
Persyaratan kadar               : Hiosiamina tidak kurang dari 0,25 %
Penggunaan                          : Sesak nafas, nyeri, nyeri haid, parkinsonisme,
Pemerian                               : Bau tidak enak , rasa pahit
Bagian yang digunakan      : Daun dan pucuk berbunga
Keterangan :

Jenis - jenis : 
- Datura stramonium berbunga putih
- Datura stramonium varietas tatula, berbunga merah ungu (urat daun dan batangnya ungu), biji-biji lebih tinggi kadar alkaloidanya, tetapi berhubung berisi minyak lemak
maka sukar disari untuk dibuat sediaan yang stabil

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

THYMI HERBA (MMI)


Nama lain                                  : Herba timi
Nama tanaman asal                 : Thymus vulgaris (L)
Keluarga                                    : Lamiaceae
Zat berkhasiat utama / isi     : Minyak atsiri yang mengandung timol, terdapat pula karvakol, pinen, linalool dan bornil asetat
Persyaratan kadar                  : Kadar minyak atsiri tidak kurang dari 1,0 % v/b
Penggunaan                             : Obat batuk (ekspektoransia)
Pemerian                                  : Bau aromatik, rasa pedas, sejuk
Bagian yang digunakan         : Pucuk berbunga dan daun
Keterangan :
-Sediaan : Thymi Extractum (Form Nas), Sirupus Thymi, Sirupus Thymi Bromatus
-Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung cahaya

#FARMAKOGNOSI#HERBA
#Departemen Kesehatan RI, Badan Pengembangan Dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan, Pusdiknakes, 2004

EDISI ILMU RESEP - PERHITUNGAN ISOTONIS

Pada pertemuan sebelumnya, kita sudah membahas tentang pengertian steril, sterilisasi, dan isotonis.
Kali ini kita membahas cara perhitungan untuk membuat larutan steril.

Metoda Ekivalensi NaCl


Contoh Soal 1


R/ Ephedrin   0,5          E NaCl = 0,28
     Pantopon  1.0         E NaCl = 0,15
               m.f.sol.isot.et NaCl ad 60 ml

jawab:

Rumus: B = 0,9/100 x V - ( W x E )
Sumber: Departemen Kesehatan RI, Badan Pengembangan Dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan, Pusdiknakes, 2004

(W x E) = (W1 x E1) + (W2 x E2)
untuk efedrin    = 0,5 x 0,28 = 0,14
untuk pantopon = 1,0 x 0,15 = 0,15
                                total    = 0,29 gram

B = 0,9/100 x V - ( W x E )
B = 0,9/100 x 60 ml - 0,029 g
B = 0,54 - 0,029
B = 0,511 g

Contoh Soal 2


R/ Ampisilin Na  0,1      (E=0,16)
    Isoniazid        0,05     (E=0,25)
                 m.f.Inject. Isot. 5 mL

jawab:

Rumus: B = 0,9/100 x V - ( W x E )

Sumber: Departemen Kesehatan RI, Badan Pengembangan Dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan, Pusdiknakes, 2004

(W x E) = (W1 x E1) + (W2 x E2)
untuk ampisilin Na = 0,1 gr x 0,16 = 0,016
untuk isoniazid    = 0,05 gr x 0,25 = 0,0125
                                         total  = 0,0285 gram

B = 0,9/100 x V - ( W x E )
B = 0,9/100 x 5ml - 0,0285 g
B = 0,045 - 0,0285
B = 0,0165 g




Contoh Soal 3


Bila 0,76 gram NaCl harus ditambahkan ke dalam 100 ml 1 % b/v larutan Atropin
Sulfat, maka larutan Atropin Sulfat isotonis adalah........................
a. 6,43 % b/v                      b. 6 % b/v                       c. 2 % b/v                d. 1,18 % b/v

Jawab :


E Atropin sulfat = 0,900 - 0,760 = 0,140 ; dan volume 100 ml


B = 0,9/100 x V - ( W x E )
B = 0,9/100 x 100 ml - (W x 0,140)
B = 0,9 - 0,140 W
0,140 W = 0,9
W = 0,9/0,140 = 6,43 g

Jadi larutan Atropin Sulfat isotonisnya adalah 6,43 gram dalam 100 ml atau 6,43 %




Contoh Soal 4


Hitung berapa mg NaCl yang diperlukan untuk membuat larutan 2 % b/v Morfin HCl

yang isotonis sebanyak 30 ml , jika diketahui dalam Tabel ekivalen FI untuk morfin
adalah 0,755. 

Jawab :

E Morfin = 0,9 - 0,755 = 0,145; dan volume 30 ml
bobot morfin untuk larutan 2%b/v
W = 2 g dalam 100 ml --> 30 ml
    = 30/100 x 2 g = 0,6 g

B = 0,9/100 x V - ( W x E )
B = 0,9/100 x 30 ml - (0,6 x 0,145)
B = 0,27 - 0,087
B = 0,183 g

Jadi bobot NaCl yang masih harus ditambahkan adalah 0,183 gram = 183 mg

Contoh Soal 5


Bobot NaCl yang harus ditambahkan pada Seng Sulfat 500 mg ( E= 0,15 ) dalam 30
ml larutan agar larutan menjadi isotonis adalah..........................
         a. 0,825 gram                      c. 0,150 gram
         b. 0,195 gram                      d. 0,0825gram

Jawab

B = 0,9/100 x V - ( W x E )
B = 0,9/100 x 30 ml - (0,5 g x 0,15)
B = 0,27 - 0,075
B = 0,195 g

Jadi bobot NaCl yang masih harus ditambahkan adalah 0,195 gram


2. Metoda Penurunan Titik Beku
Larutan yang mempunyai titik beku 0,52o C adalah isotonis dengan cairan tubuh.
Perhitungan dengan metoda ini digunakan rumus:
Ket:
B = bobot dalam gram zat yang ditambahkan dalam 100 ml hasil akhir supaya didapatkan larutan isotonis
b1 = penurunan titik beku air yang ditambahkan oleh 1% zat berkhasiat
b2 = kadar zat berkhasiat dalam % b/v

contoh soal1 


R/ Aethylmorphin HCl  2%
     NaCl qs ad isotonis
     AQUA ad 100 ml

perhitungan:
Penurunan titik beku Aethylmorphin HCl = 0,008
Penurunan titik beku NaCl = 0,576
Jadi, jumlah NaCl yang ditambahkan untuk 100 ml larutan obat adalah 0,875 gram.

contoh soal 2 


R/ Phenylephrini hydrochloridum      10 mg
     Dinatrium edetas                           1 mg
     Aqua pro injectione                   ad 1 mL

perhitungan:
Penurunan titik beku Phenylephrini HCl = 0,18
Penurunan titik beku dinatrium edetas  = 0,13
Penurunan titik beku NaCl  = 0,576

Konsentrasi Phenylephrini HCl = 10mg dalam 1 ml = 1000mg dalam 100ml = 1 g dalam 100ml = 1%b/v
Konsentrasi dinatrium edetas = 1mg dalam 1 ml = 100mg dalam 100ml = 0,1 g dalam 100ml = 0,1%b/v

B = 0,52 - (0,18X1) - (0,13X0,1)
                   0,576
B = 0,52 - 0,18 - 0,013
                0,576
B = 0,327
      0,576
B = 0,5677 g dalam 100 ml

Jadi, jumlah NaCl yang ditambahkan untuk 100 ml larutan obat adalah 0,5677 gram.
sedangkan di resep sediaan dalam 1 ml, maka untuk 1 ml = 1/100 x 0,5677 g = 0,005677g = 5,677 mg = 6 mg


contoh soal 3:


Jika diketahui bahwa penurunan titik beku air yang disebabkan oleh 1 % b/v Asam
Borat 0,288 , maka kadar asan borat dalam 300 ml larutan asan borat isotonis adalah
...............
a. 1,805 % b/v                    c. 5,410 % b/v
b. 0,402 % b/v                    d. 5,417 % b/v

Jawab :

Misalkan kadar asam borat = X%b/v


Agar isotonis, maka 0 = 0,52 - 0,288 * X

                                           b2
0,288 X = 0,52 maka X = 1,805

Jadi kadar Asam Borat = 1,805 % b/v


contoh soal 4:


Jika diketahui penurunan titik beku air yang disebabkan oleh 1% vitamin C adalah
0,104 ° C, maka untuk membuat 500 ml larutan vitamin C isotonis diperlukan vitamin
C sebanyak ......
a. 5 gram                  b. 10 gram              c. 15 gram                   d. 25 gram

Jawab:

Misalkan kadar Vit.C = X % b/v

Agar isotonis, maka 0 = 0,52 - 0,104 * X
                                          b2
0,104 X = 0,52 maka X = 5
Jadi kadar Vit C = 5 % b/v, maka untuk 500 cc diperlukan Vit.C sebanyak 500/100 x 5

gram = 25 gram


#ilmuresep#steril#injeksi#isotonis#ekivalensi#penurunantitikbeku
#ilmu resep teori#jilid 3# Departemen Kesehatan RI, Badan Pengembangan Dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan, Pusdiknakes, 2004

EDISI ILMU RESEP - SEDIAAN STERIL

STERILISASI




Steril adalah suatu keadaan dimana suatu zat bebas dari mikroba hidup, baik yang patogen (menimbulkan penyakit) maupun apatogen / non patogen (tidak menimbulkan penyakit), baik dalam bentuk vegetatif (siap untuk berkembang biak) maupun dalam bentuk spora (dalam keadaan statis, tidak dapat berkembang biak, tetapi melindungi diri dengan lapisan pelindung yang kuat)

Tidak semua mikroba dapat merugikan, misalnya mikroba yang terdapat dalam usus yang dapat membusukkan sisa makanan yang tidak terserap oleh tubuh. Mikroba yang patogen misalnya Salmonella typhosa yang menyebabkan penyakit typus, E.coli yang menyebabkan penyakit perut.

 Bakteri Streptococcus Sp 
 Bakteri Escherichia Coli








Sterilisasi adalah suatu proses untuk membuat ruang / benda menjadi steril.
Sedangkan sanitasi adalah suatu proses untuk membuat lingkungan menjadi sehat.


TUJUAN STERILISASI



Tujuan obat dibuat steril (seperti obat suntik) karena berhubungan langsung dengan darah atau cairan tubuh dan jaringan tubuh yang lain dimana pertahanan terhadap zat asing tidak selengkap yang berada di saluran cerna / gastrointestinal, misalnya hati yang dapat berfungsi untuk menetralisir / menawarkan racun (detoksikasi = detoksifikasi).

Diharapkan dengan steril dapat dihindari adanya infeksi sekunder. Dalam hal ini tidak berlaku relatif steril atau setengah steril, hanya ada dua pilihan yaitu steril dan tidak
steril.

Sediaan farmasi yang perlu disterilkan adalah: obat suntik/injeksi, tablet implant, tablet hipodermik dan sediaan untuk mata seperti tetes mata/Guttae Ophth., cuci mata/ Collyrium dan salep mata/Oculenta.

CARA STERILISASI MENURUT FI EDISI III

1. Cara A (pemanasan secara basah ; otoklaf pada suhu 115 - 116 derajat selama 30 menit
dengan uap air panas).

2. Cara B (dengan penambahan bakterisida).
3. Cara C (dengan penyaring bakteri steril).

4. Cara D (pemanasan secara kering ; Oven pada suhu 150 derajat selama satu jam dengan udara panas).

5. Cara Aseptik (mencegah dan menghindari lingkungan dari cemaran bakteri seminimal
mungkin).


CARA STERILISASI MENURUT FI EDISI IV

1. Sterilisasi uap
Adalah proses sterilisasi thermal yang menggunakan uap jenuh dibawah tekanan selama
15 menit pada suhu 121 derajat. Kecuali dinyatakan lain, berlangsung di suatu bejana yang
disebut otoklaf, dan mungkin merupakan proses sterilisasi paling banyak dilakukan.

2. Sterilisasi panas kering
Sterilisasi cara ini menggunakan suatu siklus Oven modern yang dilengkapi udara yang
dipanaskan dan disaring. Rentang suhu khas yang dapat diterima di dalam bejana
sterilisasi kosong adalah lebih kurang 150 derajat, jika alat sterilisasi beroperasi pada suhu tidak kurang dari 250 derajat.

3. Sterilisasi gas
Bahan aktif yang digunakan adalah gas ETILEN OKSIDA yang dinetralkan dengan gas inert, tetapi keburukan gas etilen oksida ini adalah sangat mudah terbakar, bersifat mutagenik, kemungkinan meninggalkan residu toksik di dalam bahan yang disterilkan, terutama yang mengandung ion klorida.

Pemilihan untuk menggunakan sterilisasi gas ini sebagai alternatif dari sterilisasi termal,
jika bahan yang akan disterilkan tidak tahan terhadap suhu tinggi pada sterilisasi uap
atau panas kering.

Proses sterilisasinya berlangsung di dalam bejana bertekanan yang didesain seperti pada
otoklaf dengan modifikasi tertentu. Salah satu keterbatasan utama dari proses sterilisasi dengan gas etilen oksida adalah terbatasnya kemampuan gas tersebut untuk berdifusi sampai ke daerah yang paling dalam dari produk yang disterilkan.


4. Sterilisasi denga radiasi ion
Ada 2 jenis radiasi ion yang digunakan yaitu disintegrasi radioaktif dari radioisotop (radiasi gamma) dan radiasi berkas elektron. Pada kedua jenis ini, dosis yang menghasilkan derajat jaminan sterilitas yang diperlukan harus ditetapkan sedemikian rupa hingga dalam rentang satuan dosis minimum dan maksimum, sifat bahan yang disterilkan dapat diterima. Walaupun berdasarkan pengalaman dipilih dosis 2,5 megarad (Mrad) radiasi yang diserap, tetapi dalam beberapa hal, diinginkan dan dapat diterima penggunaan dosis yang lebih rendah untuk peralatan, bahan obat dan bentuk sediaan akhir.

Cara ini dilakukan jika bahan yang disterilkan tidak tahan terhadap sterilisasi panas dan khawatir tentang keamanan etilen oksida. Keunggulan sterilisasi ini adalah reaktivitas kimia rendah, residu rendah yang dapat diukur serta variabel yang dikendalikan lebih sedikit.

5. Sterilisasi dengan penyaringan
Penyaring yang melepas serat, terutama yang mengandung asbes harus dihindari
penggunaannya kecuali tidak ada penyaringan alternatif lain yang mungkin bisa
digunakan.
Ukuran porositas minimal membran matriks tersebut berkisar 0,2 m – 0,45 m
tergantung pada bakteri apa yang hendak disaring. Penyaring yang tersedia saat ini
adalah selulosa asetat, selulosa nitrat, flourokarbonat, polimer akrilik, polikarbonat,
poliester, polivinil klorida, vinil nilon, potef dan juga membran logam.

6. Sterilisasi dengan cara aseptic
Proses ini untuk mencegah masuknya mikroba hidup ke dalam komponen steril atau
komponen yang melewati proses antara yang mengakibatkan produk setengah jadi atau
produk ruahan atau komponennya bebas dari mikroba hidup.

#ilmu resep teori#jilid III#steril#sterilisasi#sediaan steril
#Departemen Kesehatan RI, Badan Pengembangan Dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan, Pusdiknakes, 2004

EDISI OBAT TRADISIONAL - KAMPO

KAMPO                                                        O bat herbal tradisional Jepang ( obat Kampo ) memperoleh fitur unik ...